Pantai Kedung Tumpang Tulungagung: Tabik dari Kolam Renang Alami, Kolam Para Bidadari
"Tabik dari laguna Pantai Kedung Tumpang, Tulungagung. Pantai dengan kolam renang alami, yang butuh perjuangan untuk mencapainya. Saya katakan, ini bagaikan kolam renang bidadari. Keindahan yang didapat setelah jerih payah."
Mungkin, paragraf pembuka tersebut merupakan konklusi dari perjalanan yang saya lakukan pada tanggal 13 Agustus 2015 silam. Satu dari beberapa destinasi di trip singkat Kediri-Blitar-Tulungagung yang direncanakan. Seperti perjalanan sebelumnya, saya tidak sendirian dalam perjalanan panjang tersebut. Nanti sajalah, saya tuliskan nama mereka di akhir karena sudah beberapa kali saya menuliskan nama mereka di blog ini. Haha.
Sejauh saya mengingat, hiruk pikuk Kediri tak terlalu ramai ketika kami memulai perjalanan, sekitar pukul 07.00 WIB (atau lebih awal). Masih banyak toko yang tutup, walaupun beberapa pelayan toko sudah mulai membersihkan teras. Beberapa di antaranya, tampak bercengkarama satu dengan lainnya. Membiarkan kami -yang tampak terlalu heboh, dengan kacamata hitam, tas ransel lumayan besar, dan setangan yang terikat sebagai penutup hidung- berjalan menembus lengangnya Kediri.
Pagi itu, tujuan kami tak langsung ke Kedung Tumpang, Tulungagung, melainkan mengunjungi sahabat kami, Tiwi, yang berumah tak jauh dari tempat kami menginap. Bukan maksud untuk beramah tamah sekaligus mencari pengganjal perut, tapi tujuan utama kami, memang untuk bertemu dengan Tiwi sekeluarga. Hehe. Yah, walaupun pada akhirnya juga makan pagi dengan suguhan lauk bebek goreng (kebetulan empu rumah adalah juragan bebek :3). Setelahnya, sekitar pukul 10.00 WIB, barulah perjalanan kembali dilakukan dengan perut yang tak meraung dan lebih tenang, tentunya. Lol.
Dari Kiri: Yunira, Tiwi, Saya, Syara, dan Lina |
Menuju Pantai Kedung Tumpang...
Pantai Kedung Tumpang ini terletak di Desa Pucanglaban, Kecamatan Pucanglaban, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur. Menurut artikel lain, untuk lebih mempermudah, arah Pantai Molang dapat menjadi patokan untuk bertanya karena searah dengan pantai ini. Kami sendiri, menggunakan GPS dan bantuan arah dari penduduk lokal yang kami temui selama perjalanan. Penanda bahwa pantai ini sudah dikenal dan banyak wisatawan ke sana. Ya iya, sih, sempat hits di tahun 2015, cuy!
Matahari mulai menampakkan sinarnya, ketika kami meninggalkan daerah Kediri dan mengarah ke lokasi tujuan. Tentu tak terlalu menjenuhkan karena sepanjang perjalanan, kami disuguhkan dengan pemandangan hutan, namun sangat jarang aktivitas tersebut. Bayangkan, ketika itu, hanya kami sajalah yang melewati jalan tak bertiang lampu penerangan dan tak berpenduduk itu.
Pemandangan Hutan Selama Perjalanan |
"Loh, Haris Ira mana, Dam?" kataku ketika melihat mereka tak lagi di belakang kami.
Perjalanan yang begitu sunyi, membuat kami agak berjauhan jarak karena seringkali berkecepatan tinggi. Ini membuat kami sedikit lalai dengan kawan lainnya dan barulah kami menyadari bahwa salah satu tim mengalami kebocoran ban. Begitu sulit mencari tambal ban di sana dan sangat jauh pula lokasinya dari tempat kami berada. Jadi, kami memutuskan untuk melepas ban dan membawanya ke bengkel terdekat. Tentu saja ini pekerjaan para pria dan para wanita adalah pemandu sorak setia~
Tiga Pria untuk Melepas Satu Ban |
Penantian Para Wanita ketika Ban Bocor |
Di saat begini, pepatah "Berjalanlah sendiri jika ingin cepat sampai, namun berjalanlah berkelompok jika ingin berjalan jauh", rasa-rasanya sangat tepat.
Sampailah di Perbukitan Berpasir, Berhias Birunya Pantai Lumbung
Jadi, begitu urusan tambal ban selesai, kami kembali melakukan perjalanan yang masih sangat jauh. Sekitar pukul 14.00 WIB, sampailah kami di area perbukitan yang dimanfaatkan penduduk sebagai area berkebun. Jalannya berpasir dan hanya cukup untuk dua sepeda motor berpapasan. Mudah sekali terselip jika tidak begitu lincah berkendara. Puncak dari perbukitan tersebut adalah 'terminal utama', tempat kami menitipkan sepeda motor dan mulai melanjutkan perjalanan dengan berjalan. Oh, ya, di tempat ini pula, tempat pembayaran tiket pengunjung, saat itu, sebesar Rp 5.000,00. Dari puncak bukit, kami dapat melihat panorama pantai lain, yang saya baru tahu itu adalah Pantai Lumbung. Begitu biru dan dapat menjadi spot untuk berfoto sejenak.
Yang Saya Lihat di Depan Mata |
Yang Saya Lihat ketika Menoleh ke Belakang |
Yang Saya Lihat ketika Menoleh ke Samping |
Pura-Pura Candid dengan Pemandangan Pantai Lumbung XD |
Sudah Berfotonya, Mari Mulai Berjalan Setapak...
Perjalanan setapak itu terlihat sangat menyenangkan di awal cerita, namun begitu melelahkan di akhirnya. Lol. Percayalah, bagi saya, yang sangat jarang berolahraga, perjalanan tersebut benar-benar membuat kaki terasa kemeng ditambah lagi saya menggunakan sandal jepit. Benar-benar salah kostum dan tak mengenal medan. Berjalan setapak di sana, tidak hanya jalanan datar, melainkan jalan bercuram yang hanya bermodalkan seutas tali buatan penduduk lokal. Tali ini benar-benar membantu, jadi terima kasih banyak, masyarakat Tulungagung :*
Medan Jalan Setapak dengan Bantuan Tali |
Memutuskan untuk Makan Siang XD |
Beberapa kali kami berhenti untuk mengambil nafas dan melanjutkan perjalanan. Tentu tak terhiraukan betapa kotornya pakaian karena beberapa kali harus sedikit duduk agar tidak terpeleset. Begitu perjalanan curam dan berdebu itu selesai, kami dihadapkan kembali dengan barisan batu-batu tak beraturan berukuran besar. Kembali, saya mengalami kesusahan berjalan karena salah menggunakan alas kaki. Otoke! Beruntungnya, Lina meminjamkan sepatu flat yang setidaknya mengurangi risiko sandal putus dan kaki tergores tajamnya batu. Ah, really will give you big hug, Lin!
Batu Besar yang Dapat Melukai Kaki Telanjang (untung bukan hati yang terluka) |
Dan yaaaaaay! Akhirnya....
Finally, kami sampai di bibir pantai. Jika kamu mengunjungi Pantai Kedung Tumpang, jangan menyerah hanya melihat di pinggirannya, berjalanlah lebih jauh lagi, ya! Sebenarnya, spot yang (dulu) sempat hits sebagai kolam renang alami berada agak jauh dari bibir pantai. Dari spot tersebutlah, dapat dilihat laguna yang begitu bening dan, ya, memang indah seperti dikatakan di sosial media. Beruntungnya saya dapat menikmati pantai tersebut ketika sedang sepi pengunjung, jadi kami dapat menikmatinya dalam ketenangan. Hanya ada beberapa pengunjung dan penduduk lokal sebagai pengawas. Saat itu, memang sedang air pasang, sehingga pengawasan dilakukan secara ketat dan beberapa kali pula mereka meneriaki pengunjung yang hendak turun.
Pantai Kedung Tumpang |
Birunya itu, loooh, nagih! |
Berjalan agak jauh lagi, asal hati-hati dan berani, maka kamu akan dapatkan pemandangan yang lebih keren. Sayangnya, saya tidak berani melewati batu-batu tersebut :") Jadi, inilah yang didapatkan ketiga teman saya.
Berjalan Lebih Jauh Lagi untuk Dapat Spot ini (cr : Akbar) |
Nama Kedung Tumpang berasal dari topografi pantai tersebut. Kedung adalah cekungan, dan tumpang berarti saling menumpuk. Dulunya, masyarakat memanfaatkan kedung ini sebagai area memancing.
Pendapat Saya, itu begini...
Well, bagi saya pribadi, Pantai Kedung Tumpang ini memang memukau. Direkomendasikan bagi pengunjung yang tidak suka mengeluh karena medan yang dilalui memang lumayan berat. Informasinya, jika laut tidak sedang pasang, pengunjung memang dapat berenang di salah satu kedung, jadi usahakan untuk berangkat pada pagi hari dan pada saat bulan baru. Untuk kenyamanan, gunakan sandal gunung atau sepatu dan bukan sandal jepit karena ini bukan sembarang pantai, layaknya pantai Kuta yang berpasir. Oh, karena dulu tempat ini hits (sekitar tahun 2015), kemungkinan tahun ini bisa jadi lebih ramai atau lebih sepi, semoga tetap bebas dari sampah dan coretan dari para vandal :)
Jadi, kalau tahun lalu tempat ini sedang hits, tahun ini bagaimana kabarnya, ya? Masihkah tetap terjaga? Kamu tahu kabarnya?
Salam Kami, Anak Alay yang Gak Doyan Nyampah :D |
Tulungagung, 13 Agustus 2015
***
Terima kasih untuk tim hore kali ini: Lina Khoirunnisa, Syara Argiandini, Yunira K. Hapsari sekeluarga (sekaligus penyedia sepeda motor, penginapan, dan konsumsi), Lina Pratiwi, Adam Surya, Haris Hidayatulloh, Maulana Akbar, dan Bayu Jaya.
16 Comments
Subhanallahhh indah banget
BalasHapusKayak tempat syutin fileemmm
Pengen kesana buat foto foto huhu
Yuk ke sana, Aul, keburu waktu kuliah S2mu memburu. Hehe
HapusJalannya masih belum bagus juga ya? haha. aku ke sini tahun lalu pas hits hitsnya ..
BalasHapuskok lagunanya kaga difoto mba?
oh ya. salam kenal ya. monggo mampir blog saya insanwisata.com. pernah saya ulas jg tuh kedung tumpang
Wah, saya gak berani mengarungi bebatuan terlalu jauh, mas :'( Huhu.
HapusIya mas, begitulah. Temenku sampek keprosot pas ke sana.
Pantainya indah banget ya... sayang perjalananya kok sulit ya... blm kebayang kl bawa anak2 kesana
BalasHapusPerjalanannya tidak terlalu sulit, mbak, hanya melelahkan. Huahaha. Kurang rekom buat anak-anak mbak :')
HapusPerjuangan banget mau kesananya, tapi sepertinya seru sekali..
BalasHapusIya, mbak, perjuangannya beuh XD Yuk ke sini, mbak.
Hapuspara pejuang, pantai ini emang penuh dengan ketakhjuban tiada henti, bisa jebol dah shutter kamera sampai dimari hehe mantap kak
BalasHapusHehe. Iya mas, benar kali ^ ^, cie anak pantai ya mas :p
HapusWatu ke tulungagung desember silam, Sebenernya pengen kesini
BalasHapusBerhubung keterbatasan waktu akhirnya saya ke pantai Sine di daerah kalidawir
Jauh banget mas kalau mau ke sini. Harus bener-bener pas waktu longgar. Jauh banget ek tempatnya :))
HapusLagi ngehitsss banget dan instagramable
BalasHapus(sempat) ngehits dan instagramable, mas, tapi entah sekarang piye nasib ketenarannya :3
HapusNgerencanai dari tahun lalu mau ke sana, tapi sampai sekarang belom kesampean.
BalasHapusYuk ke sana, kak :D
HapusTerimakasih atas kunjungan dan segala apresiasinya. Silakan tinggalkan pesan di kolom komentar jika memang ada yang perlu didiskusikan ^ ^
Jika memerlukan informasi urgent, boleh sapa saya di email karena saya cukup aktif pula di sana :).