Memahami Alasan Manusia Mencari Nafkah

By Minggu, Desember 12, 2021 ,

Memahami Alasan Manusia Mencari Nafkah
Pengalaman bekerja dengan gap umur dan latar belakang yang beragam, membuatku semakin memahami bagaimana setiap manusia menyikapi pengelolaan keuangan. Memang ada beberapa yang menganggap bahwa pembahasan masalah keuangan adalah hal tabu dan lainnya menganggap hal ini adalah hal yang biasa untuk dibahas.

Yang perlu disadari adalah tidak semua orang mencari nafkah dan bekerja untuk dirinya sendiri. Aku pernah membahas tentang beberapa alasan mengapa wanita harus berkarir dari sudut pandangku. Alasan mencari nafkah ini ternyata tidak hanya terbatas tentang gender ataupun usia. Tapi, memang ada tugas yang melekat pada setiap penambahan usia manusia.

Lalu, bagaimana pandanganku tentang tipe para pencari nafkah ini?

1. Bekerja untuk Kesenangannya Sendiri

Beberapa yang bekerja untuk kesenangannya sendiri, biasanya terlahir di keluarga yang berkecukupan dan tidak memiliki tanggung jawab untuk menghidupi keluarganya. Bekerja untuk memberi reward bagi dirinya, memperkaya diri sendiri, dan kesenangan lainnya. Hal ini tentu saja memberi keuntungan jika pengaturan keuangan dapat dilakukan dengan bijak, tapi jika salah langkah sedikit saja, tetap akan menjadi boomerang karena belum terlalu ketatnya batasan yang ada.

Seringkali terjadi di pekerja yang masih single dan belum memiliki tujuan jelas tentang keuangannya. Atau belum memiliki rencana matang jangka panjang. Yang dipikirkan adalah bagaimana mencari uang dan menikmati hidup. Maka, perbanyaklah bersyukur jika diberi kesempatan memiliki privilage ini.

2. Bekerja sebagai Sandwich Generation

Istilah sandwich generation disandangkan kepada seseorang yang berada di antara generasi berumur dan belum produktif. Katakanlah dia adalah seorang anak pertama dengan orang tua yang sudah berkurang produktivitasnya dan adik yang memang belum produktif. Sehingga, tentu saja prioritas keuangan yang dipertimbangkan tidak hanya untuk dirinya, tapi juga untuk orang tua dan adiknya.

Sandwich generation juga akan mengalami problematika lebih jika sedang di hari besar keagamaan. Kebayang, kan, dia diharuskan menyisihkan pendapatannya untuk budhe, pakdhe, paklek, ponakan, dan anak-anak ponakan lainnya? Hehe. Tetap semangat, ya, jika kamu berada di posisi ini.

Aku pernah menemui beberapa sandwich generation adalah mereka yang kubilang masih berada di usia muda dimana seharusnya masih memiliki waktu untuk berada di point 1. Hei, look! Tidak semua orang bisa di posisimu dan kamu hebat sudah berjuang sejauh ini.

3. Bukan Sandwich, tapi Tulang Punggung

Ini juga salah satu yang saya temui di lingkungan saya dimana mereka bukan lagi di generasi peralihan. Tapi, sudah menyandang tulang punggung keluarga. Menjadi tulang punggung, berarti bukan hanya tulang saja yang dikuatkan, tapi tentu saja bahu dan hati yang harus pula menguat. Bukan lagi mencari uang untuk kesenangan pribadi, tapi harus membaginya dengan tanggung jawab lainnya. 

Pada kasus suami istri, pasti ada saja kasus dimana tulang punggung diemban oleh salah satu pihak atau adanya pembagian tugas antara dua belah pihak. Tidak ada yang buruk antara keduanya karena semua pertimbangan setiap pasangan pasti telah dipikirkan pro dan cons-nya secara matang. 

4. Tulang Punggung Merangkap Sandwich Generation

Mereka yang tulang punggung, juga bisa saja merangkap sebagai sandwich generation. Double combo yang memang tidak hanya ikhtiar dikencangkan, tapi juga ibadah. Tidak terbayang bagaimana harus mengelap air mata karena lelah, tapi harus terlihat kuat. Tapi, kamu hebat jika bisa mengemban amanah itu dengan baik. Tidak harus sempurna, you did great!

5. Bekerja di Corporate untuk Status Sosial

Sudah kaya tajir melitir, tapi pekerjaannya tidak terlihat dapat menghasilkan pendapatan yang stabil di kalangan tertentu, juga bisa menjadi alasan seseorang memiliki pekerjaan. Tujuannya tentu saja bukan sebagai pemasukan utama, tapi untuk menjaga nama baik dirinya dan keluarga di lingkungan. Ini pernah kutemukan juga di beberapa kawan yang memang memiliki bisnis, tapi pusat bisnisnya berada di lokasi yang berbeda atau di kalangan pekerja freelance jasa.

Kebayang gak kalau kalian berada di point 5 dan bukan sebagai tulang punggung ataupun sandwich generation

---

Eh, tapi dimanapun posisimu sekarang, bukanlah sesuatu yang harus dibandingkan satu sama lain. Karena kita tidak bisa memilih keluarga dan posisi kita. Jadi, bekerjalah dengan sebaik-baiknya agar keberkahannya dapat membawa kita bahagia dunia dan akhirat. Maka, baiknya bandingkan dirimu hari ini dengan dirimu kemarin dan berjuanglah dengan versi terbaikmu, ya! Terimakasih untuk telah menajadi telah berjuang sebaik dan sejauh ini! Cheers.

Karena tidak semua orang bekerja untuk dirinya, maka berhenti bertanya,
"Uangmu habis kemana, sih? Kamu kan ga ada tanggungan? Kamu kan masih single? Kamu kan hidupnya sederhana. Kok bisa habis, sih?"

You Might Also Like

0 Comments

Terimakasih atas kunjungan dan segala apresiasinya. Silakan tinggalkan pesan di kolom komentar jika memang ada yang perlu didiskusikan ^ ^

Jika memerlukan informasi urgent, boleh sapa saya di email karena saya cukup aktif pula di sana :).

Disclaimer

Blog ini tidak merepresentasikan instansi tempat dimana penulis mengabdi, karena mayoritas konten adalah hasil kolaborasi dengan manusia-manusia baik hati :). Penulis tidak bertanggungjawab jika terdapat tulisan mengatasnamakan penulis (alias copas) di luar blog ini dan ini.
Blogger Perempuan