Bromo (Lagi), Seruni Point, dan Escorting Ambulans #1
Perjalanan kali ini
terhitung sebagai touring pertama di tahun 2019 yang (as usual) menjadi kejutan
buatku. Dari tujuan ataupun pengalamannya.
Part 1 : Sidoarjo dan Kawasan Bromo, 8 – 9
Januari 2019 -
Bromo (Lagi), Seruni Point, dan Escorting Ambulans #1 |
Jauh di hari ini, sekitar
seminggu lalu, Mas mengabariku untuk mengambil libur di hari ini. Mas sama
sekali tidak menginfokan detail tujuan kemana, hanya katanya, “Ya, kalau gak ke
Malang, paling ke Bromo. Wis pokok siapin dulu.”
Jadilah, di tanggal ini aku
mengambil libur dan masih belum tahu tujuan. Kemarin, 8 Januari 2019, setelah
jam kerjaku usai, Mas langsung memintaku untuk segera bergegas dan bebersih
diri untuk perjalanan itu. Hingga sekitar ba’da Maghrib Mas menjemputku dengan
bersemangat (dan masih belum bilang mau kemana).
“Mas sudah ijin ke Mama Ayah(ku)?”
tanyaku.
“Sudah.”
“Aku rasa gak bakal boleh, Mas,
Adek ikut jalan-jalan kalau malam begini.”
“Loh, sini coba Mas telpon.”
Drama perijinan kepada orang
tuaku yang pada akhirnya berujung, “Iya, gak papa, Nduk, yang penting hati-hati
dan jangan lupa banyak sholawat. Sholatnya dijaga,” kata Mamaku. Aku seketika
terharu (karena sudah feel bakal gak diijinin perjalanan malam) dan segera
bergegas ke lantai atas untuk mengambil bawaanku.
Aku tipe anak yang harus dapat restu orang tua ketika bertindak. Sesimple itu!
“Dek, ini,” dengan buff warna
pink yang baru dibelinya.
“Kok tau Adek suka pink? Haha.
Makasih.”
“Iya, ini kembaran sama Mas. Mas
yang merah,” tutup percakapan di depan kos malam itu.
Sampai rumah Mas, kami tidak
langsung berangkat. Kami masih menunggu kawan Mas yang ikut dalam rombongan
itu. Sampai sini, aku masih belum tahu tujuan kami akan kemana. Dan akhirnya
sampailah sekitar pukul 22.30 wib, Mas memintaku bersiap.
“Kita bakal ke Bromo liat
sunrise.”
“Ha?”
Kami menyusuri jalanan Sidoarjo
yang tak pernah tidur sampai pukul berapapun. Dulu, aku mengira Sidoarjo adalah
kota yang kecil, dengan hanya ada Tanggulangin –yang panas- di dalamnya. Tapi,
setelah mengenal Mas, pandanganku berubah. Sidoarjo terbilang sangat luas untuk
ditelusuri dan menarik di waktu kapanpun.
Di sana, sudah menunggu 4 orang
lainnya, yang di akhir baru kutahu kalau mereka memang pasangan kekasih. Ferry
bersama Zaenab dan Marto bersama Pipit. Jadilah, perjalanan Sidoarjo – Bromo akan
kami lalui dalam 3 kuda besi dan 6 penumpang. Mas berada di barisan paling
depan sebagai penunjuk arah, Marto di tengah sebagai penyeimbang laju (karena
menggunakan matic), dan Ferry di belakang.
Perjalanan Sidoarjo – kawasan Bromo
terbilang lumayan cepat dan lancar. Dengan kecepatan laju Mas dan rombongan
yang memang kencang, serta kondisi jalanan yang tidak terlalu ramai. Hanya kami
sempat menerjang banjir di kawasan bendungan lumpur Lapindo.
Kawasan Bromo di dini hari dan tidur di amban orang...
Menuju kawasan Bromo, kami banyak
melalui hutan yang begitu sepi, jalanan berbatu, pemukiman penduduk, dan
minimnya penerangan. Di siang hari, aku baru tahu kalau yang kami lalui
tersebut adalah jurang dengan background pegunungan.
Kami sudah di kawasan Bromo
sekitar jam 01.00 wib. Pemberhentian kami pertama adalah di pom bensin. Mas
sengaja berhenti, menawarkan kepada lainnya, kali saja akan ada yang ke toilet
atau membeli bensin. Itu sudah sekitar 2 jam lagi menuju lokasi utama.
Yang unik, saat kami berhenti, banyak sekali penjual topi dan sarung tangan yang mendatangi kami. Mungkin, sekitar 5 penjual menawarkan produk serupa. Selain aku dan Mas, membeli topi rajut tebal bertuliskan “Bromo”, seharga Rp 25,000 karena dinginnya udara yang begitu menusuk.
“Mbaknya gak beli topi juga
sekalian? Kemarin ada yang meninggal, lo, gara-gara kedinginan.”
“Egak, Pak, makasih,” sahutku.
“Dingin, lo, di atas, Mbak.
Kemarin bapak-bapak umur 65 tahun yang meninggal.”
“Oh, nggeh, Pak.”
Kami sudah usai berurusan dengan
para penjual dan melanjutkan perjalanan. Pemberhentian kami kedua di pelataran
toko yang sudah tutup. Kami kembali dihampiri oleh para penjual topi dan sarung
tangan. Marto dan Ferry hendak membeli bensin di awal pemberhentian kami
sebelumnya.
Sepergi mereka, yang memang cukup
lama karena Ferry harus ke toilet, kami berempat menunggu di amban (kursi bambu)
di teras toko tersebut. Merebahkan diri, kecuali aku, dan mulai mengistirahatkan
badan perlahan. Setelah sebelumnya, Zaenab dan Pipit mengatakan akan update
status insta stories.
Di toko itu ada dua amban, satu
yang kupakai bersama Mas dan satunya ditempati Zaenab dan Pipit. Mereka sudah
tertidur dulu setelah kami mengobrol cukup lama. Mas kupaksa tidur dengan kakinya
ditumpangkan di kakiku.
Kebiasaan kami ketika bersama
adalah, dia suka sekali memintaku memijat. Entah kaki, punggung, ataupun
tangan. Dan ini terjadi mulai dari kami dekat. Di awal, dia malah yang
mencarikanku artikel titik mana yang harus dipijat ketika capek, sakit telinga,
susah tidur, dan lain-lain. Haha.
Setelah Mas dan lainnya tertidur –yang
kuyakin juga tidak terlalu nyenyak, datanglah Ferry dan Marto dari pom bensin.
Mas masih dalam keadaan tertidur ayam dengan kupijat kakinya. Zaenab dan Pipit
terbangun, mengatur posisi agar amban bisa dipakai berempat, lalu kembali
beristirahat.
Dalam keadaan setengah memijat,
aku menundukkan kepalaku di lutut Mas. Dan mulai terlelap ayam. Di tengah
tidurku, aku masih mendengar percakapan mereka. Termasuk ketika Mas kentut
dalam posisi aku yang tertidur di lututnya dan mereka tertawa. Serius, aku dan
Mas adalah tipe yang ‘Yaudah kalau kentut kentut aja, daripada sakit’. Jadi,
bawaan kalau kami kentut, ya biasa aja.
Setelah semuanya terbangun, kami
memutuskan untuk mengisi perut warung depan pom bensin di pemberhentian
pertama. Aku membeli mie kuah soto, Mas membeli rawon, dan lainnya ada yang
rawon ada pula soto. Minum kami sama, teh panas. Bedanya, yang lain minum
sendiri-sendiri, aku jadi satu dengan Mas. Haha.
Kami kembali melanjutkan
perjalanan sekitar pukul 3.30 wib. Perjalanan selanjutnya akan ditulis di
artikel berikutnya, ya. Serius, ini kayak diary karena masih hangat dan beneran
mengena. Haha.
Salam,
dari Surabaya yang tak sedingin Bromo
0 Comments
Terimakasih atas kunjungan dan segala apresiasinya. Silakan tinggalkan pesan di kolom komentar jika memang ada yang perlu didiskusikan ^ ^
Jika memerlukan informasi urgent, boleh sapa saya di email karena saya cukup aktif pula di sana :).