Rencanakan Masa Tua di Desa

By Sabtu, Agustus 02, 2014

Pernahkah membayangkan untuk menghabiskan masa tua di desa? Jika belum, ada baiknya Anda mulai memasukkan impian ini dalam rencana masa depan Anda.

Saya sudah merencanakan untuk menghabiskan masa tua di pedesaan, tepatnya di daerah Trenggalek. Alhamdulillah, lahan untuk membangun hunian sudah tersedia, tinggal menunggu dana dan waktu yang tepat untuk mulai pembangunan. Jika dibandingkan dengan luas lahan hunian yang saya tempati, calon rumah saya tersebut sedikit lebih luas. Maklum, daerahnya memang di bawah pegunungan dan termasuk pelosok, sehingga lahan kosong masih berlimpah.
Dedek imut aja suka tinggal di desa, masak kamu enggak :D ? (sumber : favim.com)

Jadi, apa saja usaha yang sudah, sedang, dan akan saya lakukan menghadapi masa tua?

Persiapan Uang
Untuk mewujudkan impian saya tersebut, persiapan utama tentu saja persiapan keuangan. Ini merupakan faktor utama dan penentu. Pengeluaran untuk membangun sebuah rumah, bukanlah pengeluaran yang kecil. Setidaknya, perlu menyiapkan budget lebih dari Rp 200 juta. Kemarin saja, ketika tetangga menjual rumah, beliau menjualnya Rp 150 juta. Itu tahun kemarin, bagaimana dengan saya yang akan membangun sekitar 5 tahun lagi?

Persiapkan Desain Rumah Idaman
Tentu saja, ini merupakan faktor utama dalam perencanaan pembangunan rumah tersebut. Saya sudah merencanakan untuk tidak membangun rumah yang tidak terlalu besar dan mewah. Saya merencanakan untuk memiliki ruang tamu yang luas karena masyarakat pedesaan terbilang rajin ketika malam yasinan. Jadi, mereka tidak perlulah berdesakan ketika giliran saya menjadi tuan rumah yasinan.

PDKT dengan Tetangga itu Penting
Tetangga di sekitar calon rumah saya merupakan saudara-saudara dekat. Ketika musim berlibur tiba, saya seringkali menyempatkan untuk mengunjungi mereka. Memang, jika dilihat dari garis keturunan, saya dan mereka adalah saudara, tapi terkadang ketika hidup bermasyarakat, bahkan saudara bisa menjadi musuh, bukan? Itulah gunanya menjalin silahturahmi sejak sekarang. Paling tidak, ketika saya sudah benar-benar tinggal di rumah idaman, mereka dapat menjadi teman mengobrol saya. Atau mungkin juga mengirimi sepiring pisang goreng untuk menemani sore di kala menuju usia 60 tahun. Hehe.

Merawat dan Menambah Buku Koleksi
Ketika saya sudah di usia senja dan telah memiliki rumah di pedesaan, saya berencana untuk membuka perpustakaan. Alhamdulillah, sejak kecil saya sudah memiliki impian ini, sehingga saya termasuk orang yang cukup telaten untuk merawat dan mengoleksi buku bacaan. Sayangnya, yang sedikit saya sesalkan, kebanyakan buku bacaan saya adalah komik Crayon Shinchan. Tahu, kan, bahwa Crayon adalah karakter yang jorok dan ini, setidaknya, akan membawa dampak buruk bagi calon pengunjung perpustakaan saya.

Lebih Mendekatkan Diri dengan Sang Pencipta
Ini adalah faktor yang paling utama dan tidak perlu menunggu usia matang untuk urusan ini. Semoga dengan semakin bertambahnya usia, semakin bertambah pula usaha untuk semakin dekat dengan-Nya. InsyaAllah, jika Allah meridhoi, akan dibukakan kelancaran untuk segera merealisasikan mimpi menikmati masa tua di pedesaan.

Mengapa memilih tinggal di desa?

Secara umum, hidup di desa jelas lebih sehat dengan biaya  hidup yang jauh lebih kecil. Ini memungkinkan Anda untuk menghemat keuangan dan menjaga kesehatan badan Anda. Di bawah ini, akan saya uraikan sedikit mengapa hidup di desa adalah pilihan yang tepat dan perlu dipersiapkan menuju usia 60 tahun Anda.

Tingkat Polusi yang Rendah di Desa

Polusi Udara
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa pada tahun 2012, terdapat setidaknya lebih dari 94 juta kendaraan bermotor. Jumlah ini tersebar di seluruh Indonesia dan mayoritas terdapat di daerah perkotaan. Menurut otomotif.kompas.com, estimasi dari perkembangan jumlah kendaraan bermotor adalah sekitar 10% setiap tahunnya. Bisa dibayangkan betapa banyaknya kandungan emisi yang dihasilkan dan terhirup ketika kita menghabiskan waktu di daerah perkotaan.

Pakar kedokteran masyarakat, lingkungan dan faktor sosial WHO, Dr. Maria Neira, mengingatkan kepada seluruh penduduk di dunia untuk mewaspadai kondisi buruk perkotaan yang diakibatkan oleh rendahnya kualitas udara perkotaan.

Data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa di tahun 2012, Asia Tenggara menduduki peringkat kedua dunia yang dengan kadar PM10 tertinggi. Partikulat Matter 10 (PM) adalah pencemar yang berukuran sama atau kurang dari 10 mikron. Jika PM10 masuk ke dalam sistem pernafasan dapat menyebabkan bronchitis, asma, gangguan kardiovaskular dan berpotensi menyebabkan kanker. Tentu saja, kadar PM10 di daerah perkotaan lebih tinggi daripada di daerah pedesaan.
PM10 di berbagai negara - WHO
Keterangan :Amr: America, Afr: Africa; Emr: Eastern Mediterranean, Sear: South-East Asia, Wpr: Western Pacific; LMI: Low- and middle-income; HI: high-income.

Polusi Suara
Beraktivitas di daerah perkotaan, maka tak akan lepas dengan kebisingan. Beberapa daerah strategis, baik itu perkantoran, pertokoan, ataupun pemukiman, pastilah berdampingan dengan jalan raya. Tingkat kebisingan di daerah perkotaan, memang lebih tinggi jika dibandingkan dengan daerah pedesaan.

Tahukah Anda?
Secara terus-menerus berada ditengah-tengah kebisingan ditempat kerja dan lalu lintas dapat berakibat hilangnya kepekaan mendengar yang mengarah kepada ketulian ( Buchari, 2007).


Ambar W. Roestam (2004) mengungkapkan, setidaknya ada 5 gangguan yang diakibatkan oleh kebisingan :
5 Gangguan Akibat Kebisingan
Sumber : Roestam (2004)
Tersedia Banyak Lahan Kosong
Secara umum kota akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan melalui keterlibatan aktivitas sumber daya manusia berupa peningkatan jumlah penduduk dan sumber daya alam dalam kota yang bersangkutan (Hendarto, 1997).

Berdasarkan penjelasan dari Hendarto tersebut, dengan bertambahnya jumlah penduduk di perkotaan akibat adanya urbanisasi, maka akan berdampak dengan berkurangnya lahan kosong di daerah perkotaan. Hal ini terlihat dengan semakin banyaknya bangunan-bangunan baru yang menjamur di perkotaan, baik digunakan sebagai tempat tinggal ataupun perkantoran.

Berkurangnya lahan ini, jelas akan mengurangi jumlah tanaman yang terdapat di daerah perkotaan. Akibatnya, perkotaan akan terkesan gersang dan panas. Berbeda dengan daerah pedesaan. Pedesaan jelas masih menyediakan lahan yang berlimpah. Luasnya lahan kosong di daerah pedesaan ini, pada umumnya dimanfaatkan untuk pertanian, perkebunan, taman, atau peneduh. Jadi, pedesaan akan membawa kita kembali ke alam dan turut menjaga lingkungan :).

Anti Macet
Di pedesaan, jarang sekali ditemukan kemacetan lalu lintas. Hal ini tentu saja dikarenakan jumlahnya kendaraan bermotor yang tidak sebanyak daerah perkotaan. Kemacetan lalu lintas dapat menyebabkan rugi waktu, kesehatan, ataupun keuangan.

“Saat ini (2013) kerugian akibat lalulintas macet mencapai Rp12,8 triliun per tahun. Jika tanpa ada perbaikan sistem transportasi maka pada 2020 kerugian ekonomi ini bisa meningkat hingga Rp65 triliun,” ujar Direktur Utama PT MRT Jakarta, Dono Boestami, dalam acara seminar “Dialog Jakarta Baru 2: Menuju Mazhab Jokowi, Perbaikan Sistem Transportasi Jakarta” di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Selasa (28/05/2013).

Pengeluaran yang Lebih Rendah
Hampir semua barang dagangan di pedesaan memiliki harga lebih rendah dibandingkan daerah perkotaan. Hal ini dikarenakan daerah pedesaan cenderung menjual produk asli daerah, sedangkan daerah perkotaan harus mengeluarkan biaya lebih untuk import barang dagangan.


****

Secara umum, lelaki yang hidup di pedesaan cenderung hidup antara 78 dan 79 tahun. Sedang angka harapan hidup lelaki di perkotaan hanya mencapai 76. Perempuan di perkotaan rata-rata bertahan hingga 81, tapi di pedesaan perempuan hidup hingga antara 82 dan 83 tahun. (sumber : setyantocahyo.wordpress.com)

Well, kesimpulannya adalah hidup di desa, secara umum, akan berdampak baik pada kesehatan tubuh, kontrol keuangan, dan kenyamanan di masa tua kita. The last, yuk, mulailah merencanakan impian untuk menghabiskan masa tua Anda yang indah di daerah pedesaan. Doakan saya agar impian ini segera terwujud :D





Reference
  • C
  • nn. 2012. Polusi Udara di Perkotaan Terus Meningkat. http://www.hijauku.com/2012/01/25/polusi-udara-di-perkotaan-terus-meningkat/ (diakses 1 Agusutus 2014).
  • nn. nd. Chapter II. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26007/4/Chapter%20II.pdf (diakses 1 Agustus 2014). 

    You Might Also Like

    16 Comments

    1. Terima kasih atas partisipasi sahabat dalam Giveaway Road to 64 di BlogCamp
      Segera didaftar sebagai peserta
      Salam hangat dari Surabaya

      BalasHapus
    2. Crayon Shinchan.Memang tokoh yang sering melontarkan humor atau lelicon yang jorok. Pengalaman sih soalnya. Anak amak saya saja sudah saya hindari dari acara Crayon Shinchan.itu. Wah selamat ya sudah ada ancang ancang untuk membangun rumahnya di desa. Salut salut.

      BalasHapus
    3. aku juga suatu saat bakal ngabisin masa tua di desa bareng istri, :D

      BalasHapus
      Balasan
      1. menghabiskan masa tua dengan keindahan desa :D

        Hapus
    4. halo neng Hepi, I'm here.. :D
      dulu pernah sih berharap bisa menghabiskan masa2 akan datang dengan kesejukan dan keindahan desa, tapi sebatas mimpi yg tertuliskan, dan lagi pikir2, apakah yakin 5 atau 10 tahun ke depan, desa akan tetap seasri itu, bahkan dulu di kota Surabaya ini bagian depan rumah masih asri dengan keberadaan sawah serta kebun di sekeliling rumah, masih banyak ditemukan hewan2 sawah yg menyenangkan (eh, curhat), tapi sekarang???
      tetapi semoga keberadaan desa tetap seperti sedia kalanya ke depannya nanti.. :)

      BalasHapus
      Balasan
      1. Hem, iya juga, sih, Kang. Ini jujur belum pernah terpikirkan. Semoga 5 s/d 10 tahun ke depan, masih banyak manusia2 yang sayang hutan :")

        Hapus
      2. haha, jangan dipanggil kang lah, mbak Hap
        oh, iya, maaf sebelumnya belum memperkenalkan diri, nama JIM itu cuma inisial (atau mungkin akronim yah) dari Jalaluddin Ibnu Muslich, udah kenal, kan mbak? :)

        iya, mbak, dalam hati masih berharap banget, kalau kondisi desa-desa sekarang ini akan tetap bisa bertahan dg keindahannya (atau bahkan bisa lebih asri lagi) ke depannya nanti, demi generasi bangsa selanjutnya juga.

        Hapus
      3. hehe. saya panggil mas Jalal :)
        Salam kenal, mas :)

        Iya, mas, semoga saja tetap asri seperti sekarang. Kasian anak cucu juga #eh

        Hapus
      4. masih kurang jelas, mbak?
        saya Jalaluddin, adik angkatanmu di kampus :D

        Hapus
    5. sama mbak,,aku mau hidup di desa juga ntar menjelang tua,,,sekarang masih ngumpulin uang dulu di Surabaya,,,rencananya mau move on skrg dari kerja,,dan mau buka usaha di desa bulan depan,,tapi masih belum ada dana mbak,,

      BalasHapus
    6. Belum apa2 saya sudah melipir, tulisan ini koq keren sekali, amat terencana ....

      Waduh, bisa2 saya malah sulit menulisnya :)

      Moga sukses yaa :))

      BalasHapus
    7. Kalau bisa sih saya mah mau terus tinggal di daerah pedesaan. Ya yg saya tinggali sekarang ini, kalau mau ke kota pun lumayan deket lah.

      BalasHapus
    8. Sebuah tulisan yang menginspirasi, jadi ga sabar untuk ikutan membuat perencanaan. Terima kasih mbak.

      BalasHapus
    9. Insyaallah, kalau saya tua nanti rencananya juga pengen tinggal di desa daripada di kota. lebih tentram.

      BalasHapus

    Terimakasih atas kunjungan dan segala apresiasinya. Silakan tinggalkan pesan di kolom komentar jika memang ada yang perlu didiskusikan ^ ^

    Jika memerlukan informasi urgent, boleh sapa saya di email karena saya cukup aktif pula di sana :).

    Disclaimer

    Blog ini tidak merepresentasikan instansi tempat dimana penulis mengabdi, karena mayoritas konten adalah hasil kolaborasi dengan manusia-manusia baik hati :). Penulis tidak bertanggungjawab jika terdapat tulisan mengatasnamakan penulis (alias copas) di luar blog ini dan ini.
    Blogger Perempuan