Komunikasi Semesta

By Senin, November 07, 2022

Kembali aku tersadar akan bagaimana aksi-reaksi bekerja pada semesta dan pencipta-Nya. Hukum alam ternyatakan pada waktu yang tepat di saat langkah ini mulai berserah. Mereda oleh waktu dan sejatinya telah terkubur oleh asa yang seharusnya tak padam.

Katanya, "Perbanyak berserah, perbanyak do'a. Bagaimanapun, takaran rejeki telah diatur. Jika bukan untukmu, maka tidak akan menjadi milikmu. Jika memang ditakdirkan untukmu, maka tidak akan terlewat olehmu."
 
Nurani yang baru kupahami tak pernah lepas dari harap, mulai ditunjukkan bagaimana tirani bekerja sebegitu hebat. Tak ada pintu yang dapat diketuk, tak ada sanubari yang dapat menjulurkan lengannya. Namun, bagaimanapun, nurani tetap terselip harap dalam pelepasannya.

Ah, ternyata memang akan terjawab dengan baik di waktu yang baik.
Janji Tuhan memang nyata, jika kita percaya.
 
Lalu, tentang bagaimana makhluk pendosa ini saling berinteraksi, nyatanya memang berlaku karena suatu musabab. Yang terlihat tidak baik, belum tentu ingin melakukannya. Tidak ada yang bisa kita kontrol atas apa yang dilakukan oleh makhluk lain. Namun, musababnya dapat ditelisik dan sedikit menunjukkan pada kita bagaimana kita harus bereaksi pada pendosa.

Ada luka yang belum sembuh atas setiap apa yang dilakukan oleh pendosa.
 
Maka, memang hanya Tuhan seyogyanya yang mampu menilai dengan adil bagaimana peringkat setiap makhluk-Nya. Bukanlah kapasitas pendosa lain untuk menilainya. Memaklumi dalam diam, bukan sebuah kekalahan dalam sebuah perbedaan (atau mungkin perselisihan).
 
Bukankah berdamai dengan semesta adalah tujuan pencarian kita di dunia? Hingga akhirnya kita menemukan jalan untuk menuju ke kehidupan selanjutnya.
 
Kita hanyalah makhluk yang sedang mencari bagaimana cara terbaik untuk hidup setelah hidup. Setidaknya, aku tersadar bahwa sebaik-baiknya penyembuh adalah waktu yang dilewatkan dengan penuh pemaknaan. Dan seburuk-buruknya penyesalan adalah waktu yang terbuang tanpa adanya perbaikan.

Aku menulis sebagai penyembuh luka yang mungkin belum sembuh dan menyadarkanmu bahwa takdir Tuhan yang membawamu pada tulisan ini. Untuk mengatakan bahwa, "Tidak apa jika lukamu belum sembuh, kamu tidak harus menyakiti orang lain dan dirimu untuk melampiaskannya. Dan jika hasilmu belum setara dengan lainnya, percayalah bahwa janji Tuhan adalah nyata." Jika kamu percaya :)

 

Saat Tuhan berfirman, "Kun fayakun", maka yang disangka adalah sebuah ilusi akan pula menjadi nyata dalam satu jentikan semata. Sungguh, tiada kuasa terbesar selain kuasa Tuhan Yang Maha Esa dan tiada yang bisa diharapkan selain kepada-Nya. Dan Tuhan permudah jalan manusia melalui manusia lainnya untuk tetap bersaksi bahwa kuasa Tuhan adalah nyata :). Maha Benar Allah dengan Segala Firmannya.

Metropolitan, dengan kebisingan yang sunyi.

You Might Also Like

2 Comments

  1. Aku percaya janji Tuhan :). Terimakasih tulisannya selalu jadi pengingat saat diri sedang lupa :")

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saling mengingatkan, ya, Bundaaaa. Huhu. Maaci udah mampir, Bundaaa~

      Hapus

Terimakasih atas kunjungan dan segala apresiasinya. Silakan tinggalkan pesan di kolom komentar jika memang ada yang perlu didiskusikan ^ ^

Jika memerlukan informasi urgent, boleh sapa saya di email karena saya cukup aktif pula di sana :).

Disclaimer

Blog ini tidak merepresentasikan instansi tempat dimana penulis mengabdi, karena mayoritas konten adalah hasil kolaborasi dengan manusia-manusia baik hati :). Penulis tidak bertanggungjawab jika terdapat tulisan mengatasnamakan penulis (alias copas) di luar blog ini dan ini.
Blogger Perempuan