Sebuah Renungan : “Kasian, ya, Gajimu Segitu...“

By Rabu, Juli 17, 2019 ,

Sebuah Renungan : “Kasian, ya, Gajimu Segitu...“
Sebuah Renungan : “Kasian, ya, Gajimu Segitu...“

( Sebuah Renungan dan Curhat )

Menjadi seorang karyawan dengan pendapatan yang tetap dalam setiap bulannya adalah salah satu cara masyarakat untuk mencukupi kehidupan sehari-hari. Ada yang beruntung memiliki gaji yang lebih dari kebanyakan atau bahkan sebaliknya.

Cerita di bawah ini akan saya mulai dari "bismillah", semoga bisa menjadi pembelajaran bagi saya (dan semoga bagi pembaca) untuk lebih dewasa dalam urusan keduniawian. Singkat cerita, saya pada akhirnya mengetahui gaji seorang karyawan rumah makan, yang ternyata di bawah marginal dan ini berbeda dengan ekspektasi saya. Saya, harus banyak belajar tentang rasa bersyukur ~

Dalam beberapa waktu, saya merasa ingin sekali membantunya atas dasar kasian, tapi di sisi lain, ada perasaan yang masih belum sembuh akibat perbuatannya di masa lampau. Ungkapan "Forgive but not forget" itu kadang ada benarnya.

Dan setelah berpikir dengan kepala dingin, saya mengurungkan niat untuk mencampuri kehidupannya lebih dalam, dengan alasan yang ingin saya paparkan. Semoga ini tertuliskan dengan cukup baik dan pesan positifnya tersampaikan, ya.

1) Gaji Bukan Tolok Ukur Kebahagiaan

Yang harus disadari, sebenarnya tolok ukur sumber kebahagiaan setiap manusia tidak hanya dari gaji. Ada yang terlihat pendapatan di bawah marginal, tapi terlihat sangat bahagia. Itu ada. Kita berhak menentukan sumber kebahagiaan kita, seperti kelengkapan keluarga, badan sehat, hidup berkecukupan, dan lainnya.

Memang uang bisa membeli keduniawian, tapi rasa berkecukupan tidak bisa dipelajari dengan materi. Banyak yang memiliki pendapatan besar, tapi tidak pernah merasa cukup, hidup berantakan, keluarga tidak lengkap, dan lainnya. Namun, ada yang memiliki pendapatan seperti kebanyakan, tapi selalu dipenuhi rasa syukur. Mana yang lebih bahagia?

2) Mendapatkan Karir yang Sesuai dengan Kondisinya

Di usianya sekarang, nominal gaji yang dia dapati sebulan sebanding dengan yang saya dapatkan di usia saya saat itu. Namun, bedanya, saya mendapatkannya dari sangu bulanan orang tua dan berkuliah, sedangkan dia mendapatkannya dari gaji dengan tanggungan lain (yang saya tidak cukup tahu pula).

Pun, saya rasa, setiap dari kita pasti memiliki kesadaran diri untuk menabung dan membeli suatu keinginan. Dengan gaji yang dimiliki sekarang, saya rasa sesuai dengan kondisinya sekarang. Di usia saya saat itu, saya sudah mulai belajar mengatur keuangan, jadi mungkin diapun sudah mulai belajar mengatur keuangan tersebut.

Jadi, saya rasa masih banyak cukup waktu untuk belajar tentang kehidupan. Tidak harus terlalu banyak melangkah untuk mendapatkan yang lebih banyak. Menjadi baik dengan niat menolong orang lain itu memang baik, tapi bagaimanapun, kita tetap berhak menentukan mana yang tetap nyaman di hatimu dan kehidupan diri kita di masa depan, kan :)

3) Hindari Bersimpatik tanpa Solusi Pasti

"Gajimu berapa? Kamu cukup hidup dengan gaji segitu?"

Saya akhirnya memutuskan tidak memulai percakapan dengan kalimat tersebut untuk menghindari dampak buruk setelahnya. Kebayang, gak, kalimat simpatik tersebut bisa saja mengecilkan hati orang lain. Dari yang awalnya merasa berkecupan dan lapang dengan pendapatannya, tiba-tiba menjadi merasa berkekurangan dan tidak nyaman dengan pekerjaannya.

Saya ingin menghindari ini. Memang beberapa orang membuat kalimat 'simpatik' ini menjadi cambuk, tapi untuk beberapa lainnya bisa menjadi tekanan. Kita tidak mengetahui bagaimana dalamnya hati manusia, bukan.

Juga, karena saya memang tidak memiliki link kerja lain. Ataupun jika ada link kerja lain, belum tentu pula sesuai dengan passion yang bersangkutan. Jadi, jika memang tidak ada solusi, ada baiknya mengurungkan diri untuk mengatakannya. Saya berharap, kamu juga memikirkan ini jika ada kerabatmu yang memiliki income di bawahmu.

4) Saya Yakin, Dia Baik-Baik Saja

Sejauh saya melihat dari sosial medianya, dulu, saya rasa dia baik-baik saja dengan itu. Kembali ke point 3, saya tidak ingin mengecilkan pemikirannya dan menyempitkan rasa syukurnya. Sekarang, dengan gaji berapapun, masyarakat memang bisa tampil sewajarnya. Begitu pula dengan saya ataupun dia.

Salah satunya dengan transaksi kredit yang pernah saya tulis sebelumnya di sini. Atau dengan cara menabung, mencari pasangan yang memiliki pendapatan lebih tinggi, atau lainnya. Kita hidup di masa keduniawian dapat dipermudah dengan berbagai cara. Jadi, take it easy, don't over thinking.

---

Sebuah Renungan : “Kasian, ya, Gajimu Segitu...“


Last, kesimpulan yang saya dapatkan setelah membaca dan menulis ulang curhatan saya ini adalah :

1) Jangan tanyakan tentang nominal gaji, jika kamu tidak ada jalan keluar untuk memberinya pekerjaan yang menurutmu lebih baik.

2) Memiliki gaji seperti kebanyakan ataupun di bawah marginal, tidak menutup kemungkinan dapat hidup berkecukupan. Menabung adalah jalan keluar yang baik. Ini benar.

3) Memiliki niat menolong orang lain itu selalu baik, tapi tidak semua niat baik akan berdampak baik di kedua belah pihak. Kamu tidak bisa memaksakan orang lain menerima pertolonganmu dengan reaksi yang kamu inginkan.

4) Perbanyak bersyukur dan jangan terlalu sering membandingkan dengan orang lain. Boleh membandingkan untuk memotivasi dan mengingatkan diri sendiri. You deserve to be the best of you. Jangan karena terlalu sering membandingkan, jadi tambah stress dan kurang bersyukur.

Begitulah. Tulisan ini pada akhirnya saya tulis ulang setelah tulisan sebelumnya masih ada feel yang saya kurang suka ketika membacanya. Semoga pesan baiknya dapat tersampaikan dengan baik, ya. Semoga kita menjadi manusia bijaksana yang tidak pernah berhenti untuk belajar mendewasakan diri setiap harinya.



Salam,


dari Surabaya yang sudah mulai dingin~



Source pict:
[1] https://www.tokopedia.com/anityas/jual-tumblr-tee-t-shirt-kaos-work-hard-stay-humble-in
[2] https://www.etsy.com/sg-en/listing/533917564/work-hard-and-be-nice-t-shirt-tumblr

You Might Also Like

0 Comments

Terimakasih atas kunjungan dan segala apresiasinya. Silakan tinggalkan pesan di kolom komentar jika memang ada yang perlu didiskusikan ^ ^

Jika memerlukan informasi urgent, boleh sapa saya di email karena saya cukup aktif pula di sana :).

Disclaimer

Blog ini tidak merepresentasikan instansi tempat dimana penulis mengabdi, karena mayoritas konten adalah hasil kolaborasi dengan manusia-manusia baik hati :). Penulis tidak bertanggungjawab jika terdapat tulisan mengatasnamakan penulis (alias copas) di luar blog ini dan ini.
Blogger Perempuan