Untuk Pria Berinisial #1
Favim.com |
Untuk kamu, yang saat ini mulai menyadari kehadiranku.
Maaf bila aku harus egois dan hanya bisa menumpahkan perasaanku ini melalui sebuah sajak berantakan yang kutahu ini sangat memalukan. Semoga, kamu selalu ada tas plastik di sampingku karena aku takut membuatku sedikit mual. Maaf, tapi ini jujur keluar dari hatiku.
'Kamu, apa kabar?'
Aku sering kali mulai menyapamu dengan kalimat di atas. Atau aku hanya tersenyum denganmu dan kuharap, kamu merasakan bahwa senyumku itu tulus padamu. Ah, maksudku, bukan aku tidak pernah tersenyum tulus ke semua orang, bukan gitu. Sungguh! Maksudku, err, gimana menjelaskannya. Aku benar-benar tulus tersenyum padamu, jujur, senyumku keluar dari hatiku. Maaf, aku benar-benar tidak bermaksud untuk membuatmu dalam sekejap meluluh karena kalimat-kalimat 'maut'ku. Ini keluar begitu saja ketika aku mengetikannya.
Oh ya, tentang malam itu. Maaf bila kamu merasa aku egois. Kamu tanyakan padaku pertanyaan yang tak dapat kujawab dengan lisanku. Aku egois ketika aku minta kamu jujur padaku, tapi aku selalu saja menutupinya. Menutupi perasaanku tentang 'betapa bahagianya malamku ketika kita hanya berjarak kemejamu, tasmu, bajuku, dan aku'. Serasa dekat. Punggungmu tak pernah merasakan getaran? Padahal jantungku selalu kamu buat berdegup kencang bagaikan menghadapi ujian Mr. Day.
Kamu, bisa sedikit saja menoleh padaku?
Bukan! Bukan hanya sekedar menoleh, maksudku.
Tolehlah aku sebagai seorang wanita yang ... sedang mencintai seorang pria.
Aku malu ketika harus kutumpahkan perasaanku ini dalam sebuah tulisan. Jujur, aku merasa berlebihan atau, yah, mungkin jika kamu anggap aku The Queen of Alay, okelah. Aku terima. Seperti kataku tadi, ini keluar tanpa aku pikir dua kali. Lancar kutarikan jemariku dalam keyboardku yang dulu pernah kamu operasikan.
Ah, sebentar. Tiba-tiba saja di otakku terlintas tentang laporan resmi yang harus terkumpul besok. Abaikan.
Kamu, aku tak tahu apa yang membuatku memandangmu sebagai 'WOW' someone. Salah seorang kawanku, pernah menanyakan pertanyaan
'apa yang membuatku menyayangimu?'
dan dengan tanpa kupikirkan, aku menjawab
'karena beberapa kasih sayang itu muncul tanpa alasan dan itu terjadi antara hatiku dan kamu'.
Aku baru menyadari konyolnya jawabanku ketika kulihat ekspresi wajah temanku mendengar jawabanku itu. Ah, sudahlah, bukankah manusia dipegang omongan pertamanya? Dan itu adalah jawaban pertamaku yang muncul.
Sampai di paragraf ini, aku masih bingung harus mengatakan apa padamu. Aku takut ini akan melukai pertemanan dekat kita yang membuatku nyaman. Tadinya, aku pikir, akhir sajak ini akan mengungkapkan padamu bahwa 'aku menyayangimu', tapi akhirnya hanya menjadi sajak berantakan yang arrrggggh! sangat memalukan. Demi apapun, aku tak akan mengatakan padamu bahwa aku menyayangimu.
Aku akan menjadi secret admirer-mu dalam diamku dan dalam ketenangan hatimu. Sungguh, pegang kata-kataku: 'Aku tidak akan mengatakan bahwa aku menyayangimu dari hati'. I'm promise.
Upsss! Apakah aku tadi mengatakan sesuatu yang memalukan? Eh, maksudku, apakah aku tadi mengatakan bahwa 'aku benar-benar menyayangimu?'. Maaf, keceplosan.
Surabaya, 27 Juni 2013
inspirated by **:)
1 Comments
I like it... tetep semangat :)
BalasHapusTerimakasih atas kunjungan dan segala apresiasinya. Silakan tinggalkan pesan di kolom komentar jika memang ada yang perlu didiskusikan ^ ^
Jika memerlukan informasi urgent, boleh sapa saya di email karena saya cukup aktif pula di sana :).