Praktikum Resultan 2 Vektor
Assalamu'alaykum. Tanggal 16 Februari kemarin, SMA Taruna Dra. Zulaeha (jurusan IPA) mengadakan ujian praktik Fisika. Kebetulan, aku dan 2 kawan se-team-ku dapat bagian: Resultan 2 Vektor. Di bawah ini adalah hasil laporan praktikum kami. Bila ada kesalahan, mohon dikoreksi, ya. Maklum, masih belajar ^ ^. Semoga bisa membantu kalian yang punya tugas praktikum ini.
. TUJUAN
Menemukan rumus penjumlahan dua vektor sebidang.
B. DASAR TEORI
Besaran fisika yang mempunyai arah seperti misalnya kecepatan, gaya, medan listrik, dan lain sebagainya, lazim dinyatakan dengan apa yang dinamakan vector, yang symbol geometrisnya berwujud anak panah dan secara aljabar berupa jajar bilangan-bilangan yang menyatakan komponen-komponennya. Secara umum, besaran fisika yang mempunyai arah, dinyatakan sebagai vector yang berupa anak panah yang arahnya sejajar dengan arah besaran fisika itu dan panjangnya sebanding serta menyatakan besarnya besaranfisika tersebut (Peter Soedojo, 1995 : 2).
Pada bagian lain, resultan vektor dapat di hitung melalui analisis vektor yaitu dengan cara menguraikan vektor menjadi komponen-komponennya.
Resultan vektor akan menjadi bagian penting dalam pelajaran fisika misalnya mekanika. Melalui analisis vektor, persoalan mekanika dan dinamika yang sulit di visualisasikan dapat di sederhanakan untuk analisis penyelesaian masalah.
C. ALAT dan BAHAN
1. Statif
2. Beban
3. Benang kasur
4. Kertas
5. Busur derajat
D. LANGKAH PERCOBAAN
1. Susunlah statif, katrol bertangkai, kertas dan beban seperti pada gambar berikut:
2. Aturlah beban A, B, dan C sehingga mencapai keseimbangan (sistem tidak bergerak lagi)
3. Ukurlah sudut α, kemudian masukkan data percobaan ke dalam tabel.
4. Ulangi langkah 1-5 sebanyak 5 kali.
E. HASIL PENGAMATAN
No.
|
F1
|
F2
|
FR
|
α
|
1
|
500
|
500
|
500
|
124o
|
2
|
500
|
500
|
750
|
86o
|
3
|
750
|
1000
|
750
|
130o
|
4
|
750
|
500
|
1250
|
57o
|
5
|
500
|
500
|
1000
|
51o
|
F. ANALISIS DATA
No.
|
F12
(N)
|
F22
(N)
|
FR2
(N)
|
Cos α
|
2F1F2cosα
|
F12+F22+2F1F2cosα
|
1
|
250.000
|
250.000
|
250.000
|
-0,093
|
-46.388
|
453.612
|
2
|
250.000
|
250.000
|
562.500
|
0,440
|
220.072
|
720.072
|
3
|
562.500
|
1.000.000
|
562.500
|
-0,367
|
-550.937
|
1.011.563
|
4
|
562.500
|
250.000
|
1.562.500
|
0,900
|
674.900
|
1.487.400
|
5
|
250.000
|
250.000
|
1.000.000
|
0,965
|
482.483
|
982.483
|
Berdasarkan tabel hasil pengamatan nomor 1, 2, dan 5, maka dalam keadaan F1 dan F2 yang sama, namun FR diperbesar akan menghasilkan sudut yang semakin kecil.
Hal tersebut dapat dilihat pula pada tabel analisis data nomor 1, 2, dan 5. Pada tabel analisis data tersebut, peneliti menghitung FR dengan menggunakan rumus yang tersedia (menggunakan nilai cos α). Dengan F1 dan F2 yang sama, namun sudut α diperkecil (nilai cos α semakin besar), akan menghasilkan FR yang semakin besar.
Pada tabel hasil pengamatan nomor 2 dan 5, peneliti membuat nilai F1 dan nilai F2 berbeda, namun FR dibuat sama. Ternyata, ini menghasilkan sudut α yang berbeda. Ini berarti, besar sudut α tidak hanya dipengaruhi oleh besar FR melainkan besar gaya lainnya (F1 dan F2).
Berdasarkan tabel analisa di atas, dapat dilihat bahwa apabila gaya yang digantungkan pada katrol diubah-ubah, maka sudut α akan berubah pula. Pada tabel ini, terdapat nilai yang berbeda antara FR yang dihitung menggunakan rumus dengan FR yang peneliti tetapkan pada sistem (tabel hasil pengamatan). Kesalahan yang terjadi dapat saja saat menghitung besar gaya yang ditunjukkan atau saat menentukan besar sudut α . Kesalahan dapat juga terjadi karena bahan yang digunakan saat percobaan sudah tidak bagus lagi keadaannya.
G. KESIMPULAN
1. Menentukan gaya berat dapat dilakukan dengan pengukuran gaya secara statis menggunakan statif dan tali. Nilai gaya berat dilihat dari resultan sudut dan massa beban.
2. Perubahan yang terjadi pada F1, F2, dan FR akan menghasilkan sudut yang berbeda.
3. Besarnya sudut α tidak hanya dipengaruhi oleh FR, melainkan juga dipengaruhi oleh besar gaya lain yang bekerja pada sistem.
4. Semakin besar sudut α yang dibentuk, menghasilkan FR yang semakin kecil (FR berbanding terbalik dengan besar sudut). Ini berlaku bila kondisi F1 dan F2 dibuat sama.
5. Pengukuran dua vector sebidang dapat dihitung melalui rumus:
11 Comments
gag suka fisikaa...hehe
BalasHapuswew -__-..
BalasHapusora ngerti aku..ehe
dulu... suka fisika tapi ga suka praktikum fisika...
BalasHapussekarang... sudah lupa sama fisika
lebih mending matematika :D
neng happy suka fisika juga ya?wah, mantaf tu..
BalasHapusberasa tua neh, baca rumus-rumus fisikanya karena sudah lama banget berlalu masa SMAnya..
BalasHapusmakasi mbak :)
BalasHapusDaftar pustakanya di sertakan juga dong.
BalasHapustambahkan Daftar pustakannya dong..
BalasHapusMaaf, mas. Untuk tulisan ini saya tidak mencantumkan daftar pustaka. (Read : tulisan lama dan sudah lupa daftar pustakanya :( )
HapusUntuk tulisan ke dapan, akan saya perbaiki untuk literisasinya. Nuhun :)
Oh kalo disini yang dibikin tetap F1, F2, dan F3 ya? Kalo sudutnya yang dibikin tetap bisa juga kah?
BalasHapusHalo, Kak The Haz. So sorry can't help you. Sudah lupa dengan materi tersebut, Kak. Maybe, anyone can help in below :)
HapusSo thank you for visitting, Kak The Haz.
Terimakasih atas kunjungan dan segala apresiasinya. Silakan tinggalkan pesan di kolom komentar jika memang ada yang perlu didiskusikan ^ ^
Jika memerlukan informasi urgent, boleh sapa saya di email karena saya cukup aktif pula di sana :).