Komodo : The Last Dragon
Assalamu'alaykum.
Topik pembahasan kali ini adalah tentang komodo si hewan purba nan langka. Sebenarnya, aku terdorong untuk menulis ini karena aku ngerasa belum terlalu kenal sama hewan purba satu ini #jujur. Sebelumnya, mengapa kuberi judul 'The Last Dragon'? Ya, karena kalau diliat-liat hewan ini sedikit ada kemiripan sama Naga, bukan? Walaupun jauh berbeda dengan Naga Lyla #my pacar asli :p ataupun Nagabonar. Hehehe....
Okelah, di bawah ini adalah hasil wawancaraku dengan si Komi beberapa hari silam :P.
***
Pak Komi, selamat siang. Sebenarnya Anda ini siapa, to?
Walah, Neng, pertanyaan lucu. Nama lengkapku adalah biawak komodo (Varanus komodoensis). Aku termasuk anggota famili biawak Varanidae dan klad Toxicofera.
Pak, tahukah berapa jumlah sanak famili Anda di Indonesia?
Hem, menurut data saat aku browsing dulu, jumlahku hingga 2009 mencapai 1300 ekor. Itu belum ditambah dengan sahabatku di Pulau Rinca dan Gili Montang sekitar 2500 ekor. Selain itu, sekitar 100 ekor kawanku menetap di Cagar Alam Wae Wuul di Pulau Fores (tidak termasuk wilayah Taman Nasional Komodo).
Bisa jelaskan apa ciri-ciri Anda?
- Berat badanku bisa mencapai 70 kilogram bahkan lebih.
- Panjang tubuhku sekitar 2-3 m.
- Lidahku panjang, berwarna kuning, dan bercabang. Berfungsi: mendeteksi rasa dan mencium stimuli, seperti reptil lainnya, dengan indera vomeronasal memanfaatkan organ Jacobson [1], suatu kemampuan yang dapat membantu navigasi pada saat gelap.
- Istriku (komodo betina) berukuran lebih kecil dariku.
- Warna tubuh komodo betina: hijau buah zaitun dan memiliki potongan kecil kuning pada tenggorokannya. Sedangkan warna tubuh komodo pria: abu-abu gelap sampai merah batu bata.
- Penglihatanku sejauh 300 m. Sayangnya, retinaku hanya memiliki sel kerucut dan susah melihat di kegelapan. Aku mampu membedakan warna, tapi rada' susa membedakan obyek yang tidak bergerak.
- Lubang hidungku bukan merupakan alat penciuman yang baik karena mereka tidak memiliki sekat rongga badan.
- Sisik-sisikku, beberapa di antaranya diperkuat dengan tulang, memiliki sensor yang terhubung dengan saraf yang memfasilitasi rangsang sentuhan. Sisik-sisik di sekitar telinga, bibir, dagu dan tapak kaki memiliki tiga sensor rangsangan atau lebih.
Pak, di mana Anda biasa tinggal?
Aku biasanya nyaman tinggal di rumput kering terbuka, sabana, dan hutan tropis pada ketinggian rendah, biawak ini menyukai tempat panas dan kering ini. Biasanya, aku membuat lubang sedalam 1-3 m untuk tempatku berlindung, Neng.
Bisa beritahu Neng bagaimana Anda biasa lunch?
Lunch? Lo kira gua keturunan Inggris? Asli Indonesia gua, Neng. Haha....
Gini, mangsaku nantinya akan kucabik dalam potongan yang besar dan kutelan bulat-bulat (biasanya sekali telan). Tapi, perut korban selalu kusisakan bila isinya tumbuhan. Air liurku yang kemerahan membantu menelan mangsa itu.
Aku butuh waktu sekitar 15-20 menit untuk sekali telan. Namun, karena kate orang bule 'time is money', aku menyiasati kelambatan menelanku dengan menekankan daging bangkai ke sebatang pohon agar cepat masuk ke kerongkongan. Kamu tahu, Neng, rahang, tengkorak, dan lambungku dapat melar menyesuaikan mangsaku. Setelah mangsa masuk ke lambung, aku akan segera berjemur.
Kenapa harus berjemur, Pak Komi?
Itu kulakukan supaya proses pencernaan bisa berjalan lebih cepat. Kalau terlalu lama di perut, makanan itu akan membusuk dan meracuniku. Metabolisme-ku tergolong lamban, Neng, tapi itulah yang membuatku dapat bertahan dengan hanya makan 12 kali setahun atau kira-kira sekali sebulan. Oh, iya, setelah mangsa selesai kucerna, akan kumuntahkan sisa-sisa tanduk, rambut, dan gigi dalam gumpalan berlendir yang bau. Gumpalan ini biasa dikenal dengan gastric pellet.
Pak, katanya Anda memiliki bisa/racun. Apa itu benar?
Ho'oh, Neng. Aku punya bisa dan bakteri yang mematikan. Bakteri yang ada di liurku mengandung lebih dari 28 bakteri Gram-negatif [2] dan 29 Gram-positif [3] telah diisolasi. Bakteri-bakteri tersebut menyebabkan septikemia [4] pada korbannya; jika gigitan komodo tidak langsung membunuh mangsa dan mangsa itu dapat melarikan diri, umumnya mangsa yang sial ini akan mati dalam waktu satu minggu akibat infeksi. Bakteri yang paling mematikan di air liur komodo agaknya adalah bakteri Pasteurella multocida yang sangat mematikan; diketahui melalui percobaan dengan tikus laboratorium. Karena komodo nampaknya kebal terhadap mikrobanya sendiri, banyak penelitian dilakukan untuk mencari molekul antibakteri dengan harapan dapat digunakan untuk pengobatan manusia.
Pertanyaan terakhir, Pak. Bagaimana perasaan Anda menjadi salah satu New 7 Wonder sementara?
Oh, ya? Alhamdulillah.... Saya juga mendengar kabar itu dari si Mbok. Senang sekali rasanya. Terimakasih bagi yang sudah mendukung saya, ya..... Hem, awas aja ada yang mengaku bahwa saya adalah warga asing! Saya tegaskan, ya, Neng, saya ini Indonesia tulen.
***
Komodo-Komodo Narsis
***
Yap, begitulah wawancara singkat dengan Pak Komi. Sepertinya di pertanyaan terakhir sedikit membuat dia emosi. Mungkin dia takut nasibnya sama dengan batik dan reog Ponorogo yang sempat diaku oleh negara tetangge.
[1] Organ vomeronasal (VNO) atau disebut juga organ Jacobson adalah organ pembantu dalam sistem penciuman. Pada manusia dewasa, lokasinya berada pada antara mulut dan hidung.
[2] Bakteri gram-negatif adalah bakteri yang tidak mempertahankan zat warna kristal violet sewaktu proses pewarnaan Gram sehingga akan berwarna merah bila diamati dengan mikroskop.
[3] Gram-positif adalah bakteri yang mempertahankan zat warna kristal violet sewaktu proses pewarnaan Gram sehingga akan berwarna biru atau ungu di bawah mikroskop
[5] Sepsis adalah kondisi medis serius di mana terjadi peradangan di seluruh tubuh yang disebabkan oleh infeksi. Sepsis dapat menyebabkan kematian pada pasiennya.
13 Comments
tulisan yang bagus. nice info, neng! hehehe :)
BalasHapusaku paling atkut sama air liurnya doank,soalnya ada sekitar 100 jenis bakteri mematikan yang ada diair liur komodo
BalasHapusdan obatnya belum ada
aduh ini si komodo melel melel :)
BalasHapusdukung komo eh komodo..hehee
BalasHapusuda vote belum?!?!? buehehehe...
BalasHapusBelajar Photoshop
komodo mirip cicak dalam versi gede-nya :D
BalasHapusaku takut binatang hehehe...
Gaya dong komodonya bisa ngomong :-/
BalasHapusPasti yang ngeliputnya Pak JK itu, wkwkwk... Gue malah serem kl komodo bisa ngomong, infonya ttg komodo detail juga. Apakah anda jangan2 salah satunya?
BalasHapusArikel nya asik ni ;)
BalasHapusthx for share,
satu pertanyaan untuk anda,
''Dari mana anda bisa mengerti bahasa Komodo ?''
belajar dari dukun mana ??
nitip salam buat pak komodo ya ;P
walaaaaah kenalan langsung ama binatangnya hihihi. tanyain FB nya apa hehehehehheh
BalasHapussaia suka cara bawain infonya :)
Aku juga pernah bahas komodo di postinganku yang ini http://www.biluping.com/2011/10/mengenal-komodo.html
BalasHapusmbak, dibuat buku tentang komodo aja mbak, pasti lariiis! kereen :)
BalasHapus@dunia kecil indi: Hihi.. Matatiih >.<
BalasHapus@Andy: Iy, Mas. Medeni, ya ~.~
@Asep Saepurohman: Itu mah meletin kmu, Mas :P. Hihihi... >.<
@PS Holic:Udah... Tapi gag ada kejelasan tentang lembaga vote itu, ya. Kecewe, de ~.~
@Chilfia Karunianty: Iya. Mirip tokek juga, ya.... Imuuuuttt >.<
@[L]ain: Hohoho.... Aq Udah blajar bahasanya, Mb :P. Mo aku ajarin juga?? XIxiix....
@Feby Oktarista Andriawan: Hiihh... Aku kan manusia tulen, mas :P
@angga zhan: Loh, aku kan gurunya para komodo ntu. Xixixixi >.<. Mo diajarin juga?? Hehe...
@Djangan Pakies: Makasii, Om :D. Iy, aku cari di gugle itu katanya hoax. Tapi, gag tau lagi :P
@Inggit Inggit Semut: Hoho.... Komodonya anak gahuul, jadi gag fb.an dia, tapi nge-blogger :P
@f4dLy :): Ke TeKaPe, Gan :D
@Rakyan Widhowati Tanjung: Ah, iya, kah? Yang ada klo aku bikin buku, larisnya bukan karna komodonya, tapi karena foto akunya :P #pedegilak
Terimakasih atas kunjungan dan segala apresiasinya. Silakan tinggalkan pesan di kolom komentar jika memang ada yang perlu didiskusikan ^ ^
Jika memerlukan informasi urgent, boleh sapa saya di email karena saya cukup aktif pula di sana :).