Puan Bertuan

By Kamis, Maret 24, 2022 ,

Pada akhirnya, aku memilih berkelana dengan sahabat dan pendengar terbaikku selama ini. Kontrak seumur hidup dalam sebuah ikatan yang ikrarnya suci dan khidmat. Banyaknya kerikil yang pernah kami lalui sebelumnya, nyatanya tetap menyatukan kami dan berharap semakin kuat.

Kataku, "Ternyata bukan bahasa yang menyatukan setiap pasangan, tapi keinginan dan tujuan untuk tetap bersama dalam satu ikatan."

Aku yang banyak kurangnya ini, seringkali menanyakan padanya, "Apa yang membuatmu bertahan dan kembali?" 

Katanya, "Karena aku ingin sekali seumur hidup."

Pernah kuhempaskan Ia sampai titik terbawah dan kuminta Ia untuk pergi. Namun, pada akhirnya membuatku kembali dan bertahan dalam ikatan manis ini. Nyatanya, bukan sekedar bertahan, aku dapat memaknai setiap petualangan yang kami lalui bersama.

Role modelnya adalah Ibundanya. Role modelku adalah Ayahandaku.

Dan kami menyerupa dengan role model tersebut. Tidak sama persis, hanya beberapa saja yang tidak menyerupa dan itu dapat ditolerir. Ada core utama yang membuat kami tetap bersama. Love wins, katanya.

Aku pernah sekali ingin membelikannya alas kaki yang mana ukurannya memang sama dengan alm. Ayah. Bahasa cintaku memang bukan pemberi hadiah, tapi aku sangat senang membuatnya bahagia. Senang melihatnya tertawa layaknya anak kecil. Dan senang membawakannya makanan. Tak heran kalau tubuhnya mulai tambun sekarang.

"Beli sandal buat siapa? Aku, masih ada sandal."

"Buat Ayah, kok."

Kami terdiam sesaat, lalu ingat bahwa Ayah tak lagi dapat menggunakan sandal karena raganya telah tiada. Aku memang sering membelikannya sesuatu dengan membawa nama Ayah sebagai alasanku. Sekarang, tak ada lagi nama Ayah yang bisa kubawa ketika akan membelikannya hadiah.

Tuanku layaknya anak kecil ketika bersamaku. Memintaku melakukan sesuatu bersamanya, yang sebenarnya bisa Ia lakukan sendiri. Memintaku untuk menemaninya, walaupun sebenarnya bisa Ia berkelana sendiri.

Tuanku dan Puannya bukanlah sepasang manusia sempurna. Tapi, tujuan kami untuk bersama menyeimbangkan segala ego yang ada. Tidak berasal dari bahasa cinta yang sama, tapi komunikasi menerjemahkan semuanya.

Salah satu keputusan baik yang kusyukuri adalah aku memilihnya untuk bisa berpetualang bersama. Perjalanan tidak pernah selalu mulus. Namun, selalu lebih banyak syukur dan tawa dalam setiap perjalanannya. Terima kasih telah hadir dalam hidupku dan bersedia saling menerima segala kurang :).

You Might Also Like

0 Comments

Disclaimer

Blog ini tidak merepresentasikan instansi tempat dimana penulis mengabdi, karena mayoritas konten adalah hasil kolaborasi dengan manusia-manusia baik hati :). Penulis tidak bertanggungjawab jika terdapat tulisan mengatasnamakan penulis (alias copas) di luar blog ini dan ini.
Blogger Perempuan