Untuk Pria Berinisial #6
Katakan saja 'kebetulan' ketika kamu tiba-tiba saja berada tepat di belakangku, duduk di depan bangkuku, atau saat kita makan di meja yang sama, walaupun sebenarnya masih banyak bangku lain yang kosong. Kamu ingin menyangkalnya? Menyangkal bahwa semua yang terjadi antara aku dan kamu adalah hanya kebetulan semata?
Ya, katakan saja 'kebetulan' aku membawa dua vitamin yang pada hari itu kuberikan untukmu satu dan untukku satu. Tanpa sepengetahuanmu, aku membelinya dan memang kumaksudkan untukmu. Yah, walaupun dengan malupun aku mengatakan 'aku memiliki dua vitamin'. Sungguh, jika kamu yang katakan 'kok bisa kebetulan pas aku butuh ya?', itu karena aku tahu kamu memang membutuhkannya.
Atau ketika di hari itu. Aku memberimu minuman kesukaanmu yang kubelikan di kantin di suatu sore menjelang pertandingan basketmu melawan jurusan lain. Aku sengaja duduk di sampingmu dan dengan sengaja memegang minuman itu agar ketika kamu haus, kamu bisa memintanya padaku. Sekali lagi, kamu katakan 'kebetulan aku haus, boleh minta?'. Tentu saja! Aku memang menyiapkannya untukmu.
Kamu pemalas dalam hal menulis catatan. Aku tahu itu karena aku telah mengamatimu di dua semester kita bersama. Err, ya, aku memang rajin, setidaknya lebih rajin darimu dan tentu saja tidak lebih rajin dari si Mr. X, tetangga sebelah kita, yang katanya telah menyabet 5 medali emas di ajang nasional.
What ever, dia adalah dia dan bukan aku ataupun kamu. Tapi, aku menyukaimu apa adanya kamu.
Well, aku sengaja melebihkan foto copy catatanku hari ini, kurasa kamu membutuhkannya. Dan tebakanku benar. Kamu memang membutuhkan foto copy ini, sekali lagi 'kebetulan aku gag nyatet, boleh buatku'. Selalu tepat waktu.
Baiklah, kurasa, semua yang kulakukan untukmu, selalu kamu nilai 'kebetulan'. Jadi, apa iya, perasaan yang kurasakan padamu ini hanya 'kebetulan' saja mampir di hatiku? Atau, 'kebetulan' saja menyiksaku yang hanya bisa melihatmu senang tanpa mengerti isi hatiku? Arrgh!
Bila suatu saat tiba-tiba saja kamu menyukaiku, apa boleh kukatakan:
"Kebetulan saja aku sudah tidak menyukaimu. Sayang sekali."
Dan pergi meninggalkanmu dengan perasaanmu yang sama denganku dulu ketika pernah sangat tulus menyukaimu apa adanya. Sakit? Ya, emang.
3 Comments
Lalu ketika dia mengatakan itu, pasti terasa sangat miris. :')
BalasHapusSekedar meninggalkan jejak. Terima kasih sudah follback. *nunduk hormat*
Manis sekali... Aku suka.
BalasHapusSalam kenal yah :)
hanya bisa tersenyum ketika membacanya, saya tidak tahu apakah ini juga sebuah kebetulan atau bukan saya membuka laman kanda dan membaca postingannya... :)
BalasHapusTerimakasih atas kunjungan dan segala apresiasinya. Silakan tinggalkan pesan di kolom komentar jika memang ada yang perlu didiskusikan ^ ^
Jika memerlukan informasi urgent, boleh sapa saya di email karena saya cukup aktif pula di sana :).